Avrilend's Blog

FOR FUN ONLY

Jumong Sinopsis 36

pada 25 Maret 2010

Geum Wa sudah sadarkan diri. Informasi tersebut disampaikan pada Dae So dan kroni-kroninya. Mereka kelihatan sangat tidak senang.
Wan Ho menyarankan pada Dae So agar tetap teguh dan jangan takut karena Geum Wa telah sadar. Geum Wa belum pulih sepenuhnya.

“Apa yang terjadi?” tanya Geum Wa pada Yoo Hwa begitu tersadar. “Bagaimana hasil perang? Bawa Jumong padaku.”
Yoo Hwa terdiam, tidak mampu menjawab.
Dae So, Young Po dan Wan Ho masuk ke kamar tersebut.
Dae So terharu melihat ayahnya sadar. Entah ini tulus atau tidak.
Young Po juga hampir menangis. Young Po sepertinya benar-benar tulus merasa senang karena kesadaran ayahnya.
“Dimana Jumong?” tanya Geum Wa. “Bawa Jumong padaku.”
Yoo Hwa ragu untuk menjawab. Takut kebar buruk ini akan mempengaruhi Geum Wa.
“Yang Mulia, Jumong menghilang saat perang.” Dae So menjawab pertanyaan Geum Wa. “Kami tidak tahu apakah ia hidup atau sudah mati.”
Geum Wa langsung terbatuk-batuk, dadanya sakit. “Apa maksudmu? Ceritakan segalanya padaku.”
Dae So menceritakan segalanya mengenai kejadian menghilangnya Jumong.
Geum Wa sangat terpukul.

Song Ju memberitahu Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo bahwa Geum Wa sudah sadar. Mereka berharap kesembuhan Yang Mulia bisa menekan kekuatan Dae So.

Keesokkan harinya, Oyi berkunjung ke kediaman GyehRu untuk memberitahukan kabar tersebut pada So Seo No.
Bibi So Seo No yang menyambutnya dengan marah-marah. “Untuk apa kau ke sini?” tanyanya. “So Seo No dan Pangeran Jumong sudah tidak ada hubungan apa-apa sekrang. Melihatmu akan mengingatkannya pada Jumong. Pergi sekarang!”
“Ada apa?” tanya So Seo No tiba-tiba keluar dari dalam rumah.
“Raja Geum Wa sudah sadar.” kata Oyi. Ia tidak enak berlama-lama. Setelah berkata itu, Oyi bergegas pergi.

Perasaan sayang Mo Pal Mo pada Jumong sepertinya sangat dalam. Mo Pal Mo bercerita pada Mu Song bahwa tadi malam ia memimpikan Jumong. “Pangeran kelihatan begitu nyata.” katanya. “Aku tidak percaya bahwa ia sudah mati.”
Pelayan Yeo Mi Eul datang. Ia meminta Mu Song dan Mo Pal Mo menemui Yeo Mi Eul.
“Benarkan?!” tanya Mo Pal Mo senang, pada Yeo Mi Eul. “Pangeran Jumong masih hidup?”
“Aku tidak yakin.” kata Yeo Mi Eul. “Tapi itulah yang dilihat oleh Putri Bintang. Kau tidak bisa melepaskan kemungkinan itu.”
“Lalu apa yang harus kami lakukan?” tanya Mo Pal Mo bersemangat.
“Dia tidak bisa terbang karena sayapnya rusak.” kata Putri Bintang. “Seseorang harus pergi untuk menyelamatkannya.”
“Dimana?” Mo Pal Mo bertanya cepat. “Dimana aku harus menyelamatkan Pangeran Jumong?”

Mo Pal Mo meminta Yang Tak memberinya kuda karena ia ingin pergi ke suatu tempat. Yang Tak menawarkan diri ikut bergabung.
Mo Pal Mo ragu sejenak, namun kemudian setuju. “Kami akan mencari Pangeran Jumong.’ katanya berbisik.
Yang Tak terkejut. “Tapi Pangeran Jumong sudah mati.”
Mo Pal Mo menggeleng dengan cepat. “Dia masih hidup! Aku yakin dia masih hidup.”
Mo Pal Mo, Mu Song, Yang Tak dan beberapa prajurit bawahan Yang Tak pergi menjalankan misi menyelamatkan Jumong.

Pada saat yang sama, Jumong sedang terkurung di dalam sebuah penjara di dalam gua.
“Nona! Berhenti!” teriak seorang pria.
Jumong menoleh. Seorang gadis berlari ke arahnya, menatap Jumong.
Dua orang pria menarik gadis itu dengan paksa.
“Nona!” teriak Jumong cemas. “Nona!”

FLASHBACK
Setelah terkena panah Iron Army, Jumong terapung di sungai.
Sebuah kelompok melakukan perjalanan dan berniat berkemah di sekitar wilayah sungai tersebut. Rombongan tersebut adalah rombongan dari klan Han Baek.
Ketua Klan, Ye Chun, pergi ke sungai untuk minum. Tiba-tiba ia melihat seseorang terapung di sungai. “Su Ryong!” panggil Ye Chun pada salah satu pengawalnya. “Lihat, disana!”
Su Ryong melihat ke arah yang ditunjuk Ye Chun, kemudian menolong pria tersebut. Pria itu adalah Jumong.
Jumong terluka parah dan tidak sadarkan diri. Ye Chun memerintahkan pengawalnya membawa Jumong ke perkemahan dan mengobatinya.
“Bagaimana keadaannya?” tanya Ye Chun.
“Aku tidak yakin ia akan selamat.” jawab Su Ryong.
Ye Chun dan Su Ryong masuk ke tenda untuk melihat keadaan Jumong.
“Kita tidak bisa membawanya dalam kondisi seperti ini.” kata Su Ryong. “Dia bisa mati kapan saja. Tinggalkan saja dia.”
“Kau pikir siapa laki-laki ini?” tanya Ye Chun. “Jika dilihat dari pakaian perangnya, ia pasti seorang ksatria dari sebuah negara. Mungkin tidak akan ada gunanya bila ia mati, tapi mungkin ia akan berguna bagi klan kita bila ia hidup.”
Akhirnya, Ye Chun membawa Jumong pulang bersamanya ke Han Baek.

Sesampainya di Han Baek, putri Ye Chun yang bernama Ye Soya, menyambut kedatangan ayahnya dengan senang. “Ayah!” sapanya, tersenyum. “Siapa dia?” Ye Soya melihat ke arah Jumong.
“Bukankah kau bilang ingin menikah?” tanya Ye Chun. “Aku membawa seorang suami untukmu!” Ye Chun tertawa.
Ye Soya hanya tersenyum.

Tabib Han Baek mencoba mengobati Jumong.
“Dia masih bernafas, tapi aku tidak bisa berkata bahwa ia masih hidup.” kata tabib pada Ye Chun.
“Apakah ada cara untuk menyelamatkan dia?” tanya Ye Chun.
“Aku akan berusaha, tapi aku tidak bisa menjamin apa-apa.” jawab Tabib.

Ye Soya dan pelayannya masuk ke kamar tempat Jumong dirawat.
“Dia sangat tampan.” kata Pelayan Ye Soya. “Nona harus menikahi dia jika ia hidup.”
Ye Soya tidak berkata apapun.

Su Ryong menemui Ye Chun di ruangannya. Ia mengatakan bahwa saat mereka pergi, Sul Tak mengadakan transaksi dengan Han. “Dia menjual 200 kuda ke Hyeon To.”
Ye Chun sangat marah mendengarnya. “Bawa Sul Tak kemari!”
Pria yang bernama Sul Tak datang.
“Apakah benar kau melakukan transaksi dengan Hyeon To?” tanya Ye Chun.
“Benar.” jawab Sul Tak tanpa ragu.
Ye Chun marah dan menarik pedangnya. “Aku sudah mengatakan padamu agar tidak melakukan transaksi apapun dengan Han! Tapi kenapa kau melakukannya? Katakan padaku!”
Sul Tak tidak merasa takut ataupun bersalah sama sekali. Dengan angkuh ia menjawab, “Ketika kau pergi, Han melakukan peperangan hebat dengan BuYeo. Utusan dari Hyeon To datang kemari untuk meminta 200 kuda. Sebagai gantinya, mereka akan memberikan bahan makanan yang cukup untuk beberapa tahun. Bukankah itu transaksi yang bagus?”
“Kita tidak akan kelaparan walaupun tidak melakukan transaksi dengan Han!” bentak Ye Chun. “Han adalah musuh kita! Kedua orang tuamu mati karena dibunuh oleh Han! Bagaimana kau bisa bertransaksi dengan mereka?!”
Sul Tak tetap tidak merasa dirinya salah. Ia merasa bahwa klan kecil seperti Han Baek hanya akan bisa bertahan dengan bantuan Han.
Ye Chun sangat marah dan menyuruh Sul Tak pergi.

Malam hari saat Ye Soya sedang merawat Jumong, pelayannya masuk dan mengatakan bahwa Sul Tak ingin bertemu dengan Ye Soya.
Ye Soya keluar untuk menemui Sul Tak. Rupanya Sul Tak menyukai Ye Soya.
Dengan sabar, Ye Soya meminta Sul Tak menunggu sampai kemarahan ayahnya reda. Ayahnya pasti akan memaafkan Sul Tak.
Namun Sul Tak tidak merasa waktu akan menyelesaikan permasalahan dia dengan Ye Chun. “Penyelesaian untuk masalahku adalah membuatmu menjadi milikku, Ye Soya.”
Sul Tak mencoba memeluk dan mencium Ye Soya, namun Ye Soya melawan dan menampar Sul Tak.
“Aku tidak punya keinginan untuk bersama denganmu!” seru Ye Soya marah. “Jika kau berani bersikap tidak sopan lagi padaku, maka aku tidak akan pernah memaafkanmu!”

Ye Soya kembali ke kamar untuk merawat Jumong.
Tiba-tiba Jumong bergerak sedikit, kemudian pingsan lagi.

Ye Soya tertidur di kamar Jumong sampai keesokkan harinya.
Jumong bangun. Ia melihat berkeliling dengan bingung.
“Nona.” panggilnya pada Ye Soya. Ye Soya terbangun dengan keget. “Dimana aku?”
Ye Soya tersenyum senang melihat Jumong sadar. Ia bergegas memanggil ayahnya.
“Aku adalah Ketua Klan Han Baek, Ye Chun.” ujar Ye Chun memperkenalkan diri. “Dilihat dari baju perangmu, sepertinya kau adalah seorang ksatria. Kau berasal dari klan apa?”
“Aku adalah Jumong, Pangeran BuYeo.” jawab Jumong.
Ye Chun terkejut. “Benarkah?”
“Terima kasih karena sudah menyelamatkan nyawaku.” kata Jumong.
“Ini semua berkat putriku.” kata Ye Chun. “Ia menjagamu siang dan malam.”
Ye Soya membungkuk untuk memberi hormat. “Namaku Ye Soya.” ujar Ye Soya lembut. Sikap Ye Soya benar-benar lemah lembut. Halus banget.
Jumong menunduk, membalas Ye Soya. Ia kemudian meminta tolong Ye Chun agar mengantarkannya kembali ke BuYeo.
Namun Ye Chun menolak. Kondisi Jumong masih belum stabil. Ia berjanji akan mengantarkan Jumong setelah kesehatan Jumong membaik.

Ketika Ye Soya sedang memasak obat untuk Jumong, Jumong berjalan keluar.
Tiba-tiba Su Ryong datang berlari-lari. “Nona, kau harus segera pergi dari sini!” ujarnya panik.
“Ada apa?” tanya Ye Soya. “Sul Tak melakukan pemberontakan!”
Ye Soya cemas dan panik. “Dimana ayahku?”
“Dia sedang bertarung melawan pasukan pemberontak. Tapi jumlah mereka terlalu banyak!” kata Su Ryong. “Dia memintaku membawamu pergi!”
“Aku tidak akan pergi tanpa ayahku!” kata Ye Soya.
Pasukan pemberontak membunuh semua orang-orang Han Baek.
Ye Chun melawan Sul Tak. Ye Chun kalah dan Sul Tak menusuknya hingga mati.

Su Ryong berusaha membawa Ye Soya pergi. Jumong mendampingi mereka.
Mendadak pasukan pemberontak mengepung mereka. Terjadi peperangan yang sengit antara Jumong-Su Ryong melawan pasukan pemberontak.
Sul Tak berhasil membunuh Su Ryong.
Kondisi Jumong yang belum pulih membuatnya kesulitan dalam bertarung. Walaupun begitu, Jumong bisa mengalahkan Sul Tak.
Sul Tak menarik Ye Soya dan menjadikannya tawanan. “Hentikan!” perintahnya pada Jumong.
FLASHBACK END

Wan Ho kebingungan karena Geum Wa sudah sadar.
“Semua ini karena Yeo Mi Eul, si penyihir itu.” katanya. “Seharusnya kita membunuhnya.”
“Ibu, sepertinya ibu tidak berharap ayah sembuh.” kata Young Po polos. “Aku tidak suka mendengarnya.”
“Apa kau ingin kembali seperti dulu” tanya Wan Ho.
“Bukan begitu. Sekarang Jumong sudah mati dan Kak Dae So pasti akan menjadi Putra Mahkota. Tidak ada hal yang perlu ditakutkan lagi.” kata Young Po.
“Kau tidak tahu sifat Yang Mulia.” ujar Dae So. “Ia pasti akan mempertahankan tahtanya sampai ia mati. Walaupun Jumong sudah mati, tapi ia pasti akan menciptakan Jumong yang lain agar kekuasaan tidak jatuh di tanganku dan SaChulDo.”

Dae So meminta saran Perdana Menteri bagaimana cara mempertahankan kekuasaannya.
Perdana Menteri menyarankan agar Dae So memanggil klan Ma Ga untuk menekan Yang Mulia.

Yoo Hwa menceritakan kejadian dan perbuatan Dae So selama Geum Wa pingsan.
“Pengikutmu yang setia, yang mencoba menghentikan Permaisuri dan SaChulDo, semuanya dikurung dalam penjara.” kata Yoo Hwa. “Dan dengan alasan menghindari perang dengan Han, Pangeran Dae So menikahi putri Yang Jung.”
Geum Wa merasa terpukul.
“Yang Mulia, masa depan BuYeo ada di bawah bayang-bayang hitam.” kata Yoo Hwa sedih. “Kau harus cepat pulih.”

Dae So memerintahkan Na Ru untuk mengawasi siapa saja orang yang menemui Geum Wa.

Geum Wa memanggil Song Ju dan memerintahkan padanya untuk memanggil Jenderal Heuk Chi dengan diam-diam. Jenderal Heuk Chi adalah salah satu orang yang sangat setia pada Geum Wa.
Jenderal Heuk Chi datang. Na Ru memata-matai mereka.
“Berapa pasukan yang bisa kau ambil dengan diam-diam?” tanya Geum Wa.
“Sekitar 1000 orang.” jawab Heuk Chi.
“Itu sudah cukup. Kau dan pasukanmu harus menunggu di luar istana. Aku akan memberi tahu jika kalian sudah siap masuk.”
“Ya, Yang Mulia!”

Na Ru melaporkan pada Dae So bahwa Jenderal Heuk Chi mengunjungi Geum Wa. Itu artinya, Geum Wa akan mengerahkan pasukan.
“Ia berniat membunuhku!” kata Dae So.
“Kenapa Pangeran tidak membunuh Jenderal Heuk Chi?” tanya Na Ru, menyarankan.
“Terlalu banyak prajurit yang setia pada Jenderal. Aku tidak akan bisa mengendalikan pasukan jika ia mati.” kata Dae So. Dae So memerintahkan para pengawal untuk berjaga di dalam istana.

Para pemimpin SaChunDo menerima surat pemanggilan dari Dae So. Mereka dengan senang hati mau mengirimkan pasukan ke BuYeo. Mereka dendam pada Geum Wa karena putra-putra mereka tewas di medan perang.

Jenderal Heuk Chi memerintahkan Ma Ri, Oyi, Hyeopbo dan Song Ju untuk mengumpulkan semua pengawal yang setia dengan diam-diam.
Mereka berencana menangkap Pangeran Dae So dan Young Po.

Malam itu, para pengawal yang berhasil dikumpulkan Song Ju ada di dalam istana dan hendak bergerak. Tapi ternyata Dae So sudah menyiapkan pasukan untuk menghentikan mereka. Song Ju dan para pengawalnya dikepung.
“Serang!” seru Song Ju.
Para pengawal bertarung melawan prajurit Na Ru.
Song Ju memiliki kemampuan bela diri yang sangat baik. Ia mampu mengalahkan banyak prajurit Na Ru.
Dae So melihatnya dengan marah, kemudian maju untuk menyerangnya. Dae So berhasil mengalahkan dan melukai lengan kiri Song Ju.

Pasukan SaChulDo akhirnya tiba di BuYeo. Mereka menyerbu istana BuYeo dan membunuh para pengawal yang berjaga di sana. SaChulDo berhasil mengambil alih istana.

Pasukan yang berada di bawah pimpinan Jenderal Heuk Chi dikumpulkan di luar istana, termasuk trio Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo. Ketika mereka hendak masuk, pemimpin SaChulDo menertawakan mereka.
“Jenderal, kalian sedikit terlambat!” kata Pemimpin SaChulDo. “Tidak akan ada orang yang membukakan gerbang untukmu. Apa yang akan kau lakukan? Bubarkan pasukan! Kami sudah mengambil alih istana!”

Rencana Geum Wa gagal. Ma Ga dan pengawalnya membawa Song Ju ke hadapan Geum Wa.
“Yang Mulia! Semuanya sudah berakhir.” kata Ma Ga. “Jenderal sedang ada di luar istana, tidak akan punya kesempatan untuk masuk.”
Geum Wa merasa sangat terpukul.
Dae So berlutut di hadapan Geum Wa. “Yang Mulia.” katanya. “Kenapa harus membunuhku? Hal apa yang ingin kau peroleh dengan membunuh ibu dan aku? Kenapa kau menganggap aku musuh? Tolong jelaskan padaku, Yang Mulia?”
“Kau mencoba merebut kekuasaan ketika aku tidak sadarkan diri.”kata Geum Wa. “Betapa liciknya kau, Putraku. Kau yang membuat semua ini, tapi ingin melemparkan kesalahan padaku? Inikah yang kau inginkan dariku? Nyawaku?”
“Yang Mulia, bagaimana bisa kau menuduhku berbuat tindakan tidak bermoral seperti itu?” tanya Dae So. Please deh Dae So! Muka dua banget sih! “Yang Mulia belum cukup sehat untuk memimpin negara. Sampai kau pulih, izinkan aku memimpin negara ini sebagai penggantimu.”
“Jika kau tidak menerima Pangeran Dae So sebagai menggantimu, maka Yang Mulia dan SaChulDo akan menjadi musuh untuk selamanya!” ancam Ma Ga. ‘Tolong pikirkan masa depan BuYeo.”
“Yang Mulia! Jangan pernah membiarkan hal ini!” kata Yoo Hwa.
Ma Ga marah dan memerintahkan pengawalnya menarik Yoo Hwa keluar.
“Lepaskan tangan kalian darinya!” teriak Geum Wa marah.
Dae So diam sejenak, kemudian berkata, “Antar dia ke kamarnya.”
Pengawal menarik Yoo Hwa pergi.
Geum Wa tertawa. “Lakukan sesukamu.”

Di penjara gua, beberapa orang masuk dan menarik Jumong keluar.
Di luar, ia melihat Ye Soya sedang diikat. Sul Tak berdiri dihadapannya dan memaksanya berlutut.
“Apakah kau adalah Pangeran BuYeo, Jumong?” tanya Sul Tak.
Jumong dan Ye Soya terkejut.
Sul Tak tertawa. “Kejutan yang sangat menyenangkan.” katanya. “Aku pasti sudah memenggalmu jika aku tidak tahu siapa kau. Bawa dia ke Hyeon To!”

sumber:

http://princess-chocolates.blogspot.com


Tinggalkan komentar