Avrilend's Blog

FOR FUN ONLY

Sinopsis Chuno (Slave Hunter) episode 3


Lee Dae Gil dan Song Tae Ha berusaha menerjang senjatanya dengan senjata mereka masing-masing. Pertahanan mereka masing-masing juga bagus, serangan lawan bisa diatasi. Dae Gil baru kali ini benar-benar mendapat lawan (budak) yang tangguh.Dae Gil sempat terkena goresan sedikit di samping perutnya.


Dia kemudian membuka bajunya dan mengikat pedang dengan ditangannya. Dae Gil mencoba pertarungan jarak dekat. 

Di sisi lain. Jendral Choi mengejar budak-budak lain yang, tapi mereka memang bukan tandingan  Choi. 5 orang budak ditangani dengan mudah. Bahaya justru muncul dari luar. Cheon Ji Ho, seniornya yang benci pada Dae Gil ikut berburu budak yang sama. Dia dan anakbuahnya mengerahkan panah-panah mereka ke Tae Ha dan Dae Gil yang sedang bertarung. Mereka tidak peduli jika panah itu mengenai Dae Gil karena mereka membenci Dae Gil. Satu panah sudah berhasil mengenai Tae Ha. Namun akal bulus mereka segera ketahuan Jendral Choi, dia menodongkan tombaknya pada Ji Ho karena membahayakan Dae Gil.


Choi melihat rumput yang bergerak gerak mencurigakan dia melemparkan tongkatnya ke arah itu. Ternyata tongkat itu mengenai Dae Gil. Tae Ha sudah bergerak menjauh. Ini hari yang sial buat Dae Gil (sibuk dipanah slave hunter lain juga kena sambitan tongkat rekan sendiri hehe...)

Choi merawat luka Dae Gil di rumah. Namun di luar isu yang beredar lebih heboh, mereka mengira Dae Gil sekarat. Wang Song segera pulang dan menangis dia pikir Dae Gil sekarat. Dae Gil masih segar hanya butuh istirahat. Dae Gil bercerita tentang ilmu pedang Tae Ha. baru pertama kali ini dia mendapat lawan yang ilmu bela dirinya keluar dari hati. Choi berusaha mencari tahu tentang latar belakang Tae Ha.

Tae Ha terkena panah di dada kanannya, dia sembunyi di tempat yang aman kemudian nekad mencabut panahnya sendiri.




Tae Ha lalu pergi ke makan putra mahkota. Dia mengingat saat dulu dia pernah berusaha membebaskan pangeran yang ditangkap China, tapi pangeran menghalanginya. Demi rakyat dia rela jadi tawanan, Tae Ha pun saat itu ikut ke China bersama pangeran. Tae Ha menangis di makam pangeran karena merasa gagal melindungi pangeran. Dia juga menyesal karena tidak membawakan arak dan sesaji lainnya untuk mendiang pangeran.

Wang Son beda lagi kesibukannya dia menunggu datangnya penari keliling ke kampung mereka. Para penari keliling sepertinya terkenal cantik dan bisa diajak kencan.
Para wanita tetnangga Dae Gil sibuk menggosip tentang Choi yang kalem ,cool dan misterius, mereka ke-geer-an.

Choi kembali berdiskusi dengan Dae Gil, dia mendapatkan banyak info tentang Tae Ha dan dia khawatir. Choi ingin mereka melepaskan tugas ini karena dirasa berbahaya, selain tangguh dia terlibat skandal politik yang jauh dari bayangan mereka.


Tetapi Dae Gil bersikeras dia bukan tipe orang yang bisa melepas sesuatu yang telah dia mulai, apapun resikonya. Mereka kemudian mencari Wang Son, mereka menggiring wang son yang kedapatan sedang bersenang-senang dengan penari keliling.

Malam hari ketika mereka telah mempersiapkan perjalanan mereka, datanglah seorang wanita menyelinap ke rumah mereka untuk bersembunyi dan dengan berani mengancam mereka bertiga untuk tidak memberitahukan keberadaannya pada orang lain. Wang Son mengenali wanita itu adalah seorang penari keliling. Dia kabur ketika tahu dirinya akan harus melayani lelaki hidung belang. Pemilik pari keliling dan pengawalnya datang menemui daegil dkk. Mereka menanyakan seorang wanita yang hilang
“Apa ada seorang wanita nakal lewat sini”, kata pemilik/mucikari
Wang Son yang naksir wanita itu spontan berkata tidak. Jendral choi yang baik hati juga ikut menggeleng. Dae Gil terpaksa mendukung ke 2 orang temannya. Orang-orang itu tak percaya mereka sempat terlibat pertarungan. Tentu saja ke tiga jagoan bisa menang mudah.



Dae Gil akhirnya menemui wanita itu yang diketahui bernama Seol Hwa dan bermaksud mengusirnya. Tapi Seol Hwa memohon dan menangis dia tidak bisa pergi karena dia juga tak mau kembali menjadi penari dan ingin mencari orang tua kandungnya. Wang Son mendukungnya, Dae Gil terpaksa sementara menerima Seol hwa di rumah mereka. Malam itu Seol Hwa tidur di rumah mereka, Choi dan Dae Gil siap menghalangi Wang Son yang berusaha mengambil “untung” dari Seol Hwa.

Di tempat lain Eop Buk (budak yang pernah ditangkap Dae Gil) mengadakan pertemuan rahasia dengan budak-budak lain. Mereka berncana mengadakan pemberontakan. Seorang wanita yang menyukai Eop Bok ingin bergabung. Mulanya budak lain tak setuju tapi Eop Bok mendukungnya. Mereka mempunyai senapan dan orang pertama yang ingin Eop Bok bunuh adalah slave hunter Dae Gil.

Un Nyun mencari tempat bermalam, dia terpaksa bermalam dengan sekelompok pria. Dua orang pria mengincarnya diam-diam.
Ta jauh dari tempat itu Tae Ha mencari air dan mencuri makanan di dapur, dia terlihat lemah dan pucat karena luka dan kehilangan banyak darah.
Pagi hari saat bangun tae Ha berusaha mencari kuda dan pakaian, dia terpaksa melukai petugas dan kemudian mengamibl baju dan kudanya. Un Myun pagi itu juga melanjutkan perjalanannya. Dia diikuti 2 pria yang mengincarnya. Saat sepi dia disergap dua pria itu, mereka berusaha memperkosa Un Nyun. Un Yun berteriak minta tolong. Song Tae Ha yang melintas mendengar teriakan itu. Dia menolong Un Nyun, dengan sisa tenaganya dia melawan 2 pria brengsek itu. Setelah pria-pria itu dilumpuhkan dia pun terkapar di tanah.


Un Nyun bingung, dia akan minta tolong pada polisi yang lewat tapi Tae Ha mencegahnya.

Dae Gil dkk akan pergi untuk misinya mengejar Tae Ha. Saat Dae Gil telah di atas kudanya, Seol Hwa mencegatnya, dia ingin ikut bersama mereka.


Pada saat yang sama Eop Bok dkk menjalankan misinya. Eopbok di atas atap dengan senapannya mengarah pada Daegil. Dia menembak Dae Gil tepat di sisi dahinya. Dae Gil pun jatuh dari kuda dan terkapar di tanah.



(Di tempat terpisah Tae ha dan Dae Gil sama-sama terkapar ditemani wanita)

 

Cre:

http://nana-catatanku.blogspot.com/

Tinggalkan komentar »

Sinopsis Chuno (Slave Hunter) Episode 2



Di suatu tempat Kim Hye Won (Un Nyunsedang melaksanakan prosesi pernikahan dengan seorang pejabat kerajaan. Wajahnya menyimpan keterpaksaan dan kesedihan.
Lee Dae Gil yang mendapat info dari Wang Son tentang keberadaan Un Nyun memacu kudanya. Sesuai petunjuk Wang Song Lee Dae Gil tiba dipinggir sungai. dia melihat seseorang yang sedang menjemur kain-kain, yang mengingatkannya pada Un Nyun.


Jendral Choi curiga ada sesuatu yang tidak beres. Dia menanyakan tempat tujuan Dae Gil pada Wang Son. Akhirnya mereka sadar Dae Gil dijebak, mereka berdua bergegas menyusul.

Di pinggir sungai itu ternyata seniornya (namanya lupa) dan anak buahnya telah menunggu. Dia menjebak Dae Gil dengan mengarang cerita tentang Un Nyun. Mereka bertarung di antara kain-kain. Dengan mudah dia berhasil mengalahkan anak buahnya. Dae Gil bertarung melawan seniornya. Dalam waktu singkat dia berhasil menang. Dae Gil yang marah bermaksud membunuh seniornya. Pada waktu yang tepat rekan-rekannya datang mencegahnya.


“Sadarlah kamu bisa dihukum karena ini”, Jendral Choi menasehatinya. Dae Gil memang sedang emosi ia akhirnya juga bertarung melawan Choi pinggir sungai, kemudian di atas perahu. Choi melayani Dae Gil yang berusaha melepaskan emosinya dengan bertarung.


Setelah upacara pernikahan, Un Nyun sendirian di kamarnya termenung dan bersedih. Dia masih menyimpan batu kenangan antara dia dan tuan muda (Dae Gil). Kakaknya datang menejenguknya. Dia meminta Un Nyun melupakan masa lalu dan berusaha mencintai suaminya, melahirkan anak dan hidup bahagia.
“Walaupun untuk kebahagianku kau membunuh orang?”, sindir Un Nyun mengingatkan kakaknya pada kejadian dia membakar rumah majikannnya dan membunuhnya. Kalau dengan membunuh orang bisa membuatmu beruntung aku akan membunuh lebih banyak lagi. Un Nyun mengira Dae Gil juga ikut terbunuh. Kakaknya menunjukkan bekas luka bakar di dadanya saat menghilangkan cap/tato budak. Bahwa saat besi panas mengenai tubuhnya dia menjerit bahagia karena bebas dari perbudakan. 
Un Nyun sendirian dia mengingat tuan muda. Saat itu tuan muda akan dijodohkan. Un Nyun mendengar jawaban tuan muda pada ayahnya bahwa tidak ada wanita yang dicintainya. Un Nyun sedih mendengarnya. Dae Gil ke dapur melihat Un Nyun bersedih dan menghiburnya (karena yg dia sukai budak mungkin). Dia memberikan sepatu baru warna merah muda untuk Un Nyun, lalu pergi. Un Nyun begitu bahagia. Dia lalu mengejar Dae Gil keluar dan menciumnya. 



Di Istana terjadi kehebohan. Lukisan kejadian di P. Jeju yang menimpa anak-anak putra mahkota beredar sampai ke tangan raja. Lukisan itu seolah-olah mengatakan bahwa cucu-cucunya itu meninggal karena racun bukan karena wabah penyakit. Tinggal pangeran bungsu yang masih hidup. Raja terlihat bersedih.
Suatu malam suatu rumah beberapa orang bangsawan mengadakan pertemuan tertutup untuk membicarakan lukisan di pulau Jeju. Mereka ketahuan lawan politiknya yang berkuasa dan ditangkap. Mereka dituduh menyebar berita tidak benar yang bisa menimbulkan sentimen negatif publik juga membuat raja menjadi berduka. Mereka pun dibunuh.

Malam itu pengantin laki-laki dengan bahagia (udah tua!)menuju ke kamar untuk malam pertamanya. Un Nyun sudah tidak ada di sana, baju pengantinnya terlihat rapi. Un nYun telah pergi dengan menyamar. Dia berkata dalam hati agar kakaknya tidak usah mengkhawatirkan kebahagiannya. Sang pengantin panik dia memanggil orang-orang. Kakaknya datang dia merasa bertanggung jawab dan akan mencarinya.


“Tidak usah, dia sudah menjadi propertiku sekarang , aku akan mencarinya sendiri!”, kata pengantin pria
Kakaknya melihat gelagat yang tak enak dari suami adiknya, dia meminta anak buahnya mencari Un Nyun lebih dahulu. Mereka berusaha membawa kembali Un Nyun dengan selamat apapun resikonya.
Pengantin pria juga membagi-bagikan hadiah untuk menangkap Un Nyun hidup dan mati. Dia juga meminta jasa kepada perempuan cantik misterius untuk mencari istrinya.

Di kandang kuda mantan jendral Song Tae Ha membaca dokumen yang diselipkan seseorang padanya. Dokumen itu adalah gambar dari peristiwa di P Jeju dan membaca surat pribado dari putra Mahkota untuknya menjelang kematiannya. Beliau memanggil Song Tae Ha dengan sebutan “Kawan”. Saat itu putra mahkota sudah menyadari dirinya dia akan meninggal.


Beliau menitipkan anak-anaknya pada Song Tae Ha . Saat selesai menulis pangeran mundah darah dan meninggalBercak darahnya tersisa di surat itu. Song Tae Ha mengingat kenangannya bersama pangeran saat akan mempertahankan korea dari serbuan Qing.
Song Tae Ha merasa sudah waktunya dirinya untuk bergerak, dia akan lari dari tempat itu. Dengan ilmu meringankan tubuhnya dia meloncat ke atas kandang mengambil senjatanya yang selama ini dia sembunyikan di situ (golok dengan pegangan panjang/tongkat). Dia ternyata selama ini tidak pincang seperti yang dia kesankan pada orang-orang. Saat akan lari dia juga mendengar budak-budak di tempatnya merencanakan kabur. Karena saat itu petinggi militer tidak di tempat dan penjagaan sat itu tidak seketat biasanya. Dia menunggu saat yang tepat.
Budak-budak itu kabur dengan nekad dengan membawa kayu dan garpu jerami. Mereka terkepung dan dengan mudah dikalahkan para prajurit. Song tae ha muncul sambil terpincang-pincang. Dia meminta budak-budak itu dibiarkan pergi bersamanya. Dia melawan para prajurit itu dengan mudah dengan kaki yang sehat.

Budak-budak ikut lari bersamanya. Mereka tidak menyangka orang yang selama ini selalu mereka kerjai ternyata orang hebat. Dia memerintahkan mereka untuk tetap bersembunyi di sekitar itu dan baru brangkat menjelang pagi, mereka menurut.



Pagi harinya polisi menghampiri Dae Gil yang sedang berlatih. Dia berkata bahwa para budak di akademi militer melarikan diri semalam dan sampai pagi tidak berhasil ditemukan. Dae Gil heran sampai prajurit saja belum menemukan mereka. Dia menawar bayaran yang tinggi. Dia tidak menemukan Wang Son (paling lagi kencan ma gisaeng), Dae Gil berangkat bersama Choi. Dengan pengalamannya dia bisa mengira ke arah mana mereka pergi. Song Tae Ha dan budak – budak itu pergi melewati rumput-rumput yang tingginya rata-tata setinggi badan manusia. Budak-budak itu kepayahan berlari mengimbangi Tae Ha. Tae Ha menyuruh mereka berlari terus karena mereka masih harus pergi ke selatan sebelum terkejar sebentar lagi. Mereka terkapar kelelahan dan akhirnya menyerah untuk ikut bersama Tae ha. Mereka ingin berpisah. Tae Ha mengancam mereka agar jika tertangkap jangan mengatakan apa-apa tentangnya atau dia akan datang menghabisi mereka.
Tae Ha lari. benar saja mereka lalu mendengar suara kuda mendekat. Budak-budak kocar kacir ketakutan. Dae gil mengejar Tae Ha dengan kudanya. Tae Ha mengambil posisi diam menyongsong Dae Gil. Begitu kudanya mendekat dia melompati pedang Dae Gil dengan mudah dan mendarat indah. Dae Gil tahu kali ini lawannya tangguh. Dia turun dari kuda dan mengambil jarak puluhan meter dengan Tae Ha. Dae Gil menyiapkan pedangnya, Tae Ha golok panjangnya.


Mereka siap bertempur di tengah rerumputan yang tinggi. Mereka berlari mendekati lawannya siap menerjang…
(pengambilan gambar dan efeknya OK banget nih)

 

Cre:

http://nana-catatanku.blogspot.com

Tinggalkan komentar »